Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, January 4, 2010

Kontroversi Membongkar gurita cikeas

Membongkar gurita cikeas begitulah sebutan buku karya George Junus Aditjondro yang menulis tentang skandal Bank Century yang heboh menjadi bahan perbincangan dan menjadi heboh yang disinyalir ada tudingan yang menyebutkan kucuran dana Rp. 6,7 triliun mengalir ke Tim kampanye Partai Demokrat dan tim pemenangan SBY-Boediono pada pilpres lalu.

Dugaan tersebut muncul dengan adanya indikasi dari Hartati Murdaya, pemimpin kelompok CCm (Central Cipta Mudaya) ndan Boedi Sampoerna, yang merupakan salah satu penerus dari keluarga sampoerna, yang notabenya merupakan nasabah kakap Bank Century yang menyokong dana Partai Demokrat

Sebelum Bank Century diambil alih LPS, Boedi Sampoerna, seorang cucu pendiri pabrik rokok PT HM Sampoerna, Liem Seng Thee masih memiliki simpanan sebesar Rp 1,895 triliun pada november 2008 sedangkan simpanan Hartati Murdaya Rp 321 miliar.

George Junus Aditjondro dalam bukunya yang berjudul Membongkar Gurita Cikeas yang menuliskan dibalik skandal Bank Century, yang menghubung-hubungkan century dengan partai demokrat dan orang-orang dekat SBY.

Buku Membongkar Gurita Cikeas Dilaunching

Buku itu tidak secara khusus membahas rahasia di balik skandal Bank Century, apalagi secara khusus mengupas aliran dana dari Century ke Partai Demokrat atau ke Tim Pemenangan SBY-Boediono, melainkan lebih luas lagi, yakni menjawab rahasia di balik kemenangan fantastis Partai Demokrat.

Menurut George, pria asal Pekalongan, Jawa Tengah ini, dukungan terhadap SBY dimulai Hartati menjelang Pemilu 2004 dan kian meningkat menjelang Pemilu 2009. Pengelola Arena Pekan Raya tersebut berulang kali menyediakan gelanggang promosi bisnisnya sebagai lokasi kegiatan Partai Demokrat, termasuk Rapimnas Demokrat, 8-9 Februari 2009. Selanjutnya, dalam tim kampanye SBY-Boediono, Hartati menjadi Wakil Koordinator Operasi I.

Sedang investigasi Aditjondro terhadap kelompok Sampoerna, ditemukan adanya dukungan dana Rp 90 miliar kepada kelompok media Jurnal Nasional (Jurnas) yang menurut dia, memang dekat dengan Partai Demokrat dan SBY sejak 2006 hingga 2009. Di saat itu, injeksi dana ke kelompok Jurnas mulai bergeser ke pengusaha-pengusaha yang dekat dengan keluarga Cikeas, di bawah koordinasi Gatot Mudiantoro Suwondo, yang kebetulan Dirut BNI.

Aditjondro kini aktif mengajar di Program Studi Ilmu Religi dan Budaya (IRB) Universitas Sanata Darma Yogyakarta (sejak 2005) itu juga mengungkap hubungan yayasan-yayasan yang berafiliasi ke SBY dan Ny Ani Yudhoyono. Kebutuhan akan dana kampanye yang kian meningkat, terdongkrak oleh besarnya biaya “pencitraan” SBY melalui media, serta luasnya jangkauan kedermawanan yayasan-yayasan tersebut.

Hal itu membuat keluarga Cikeas makin tergantung pada sejumlah pengusaha kakap yang berasal dari era Soeharto, seperti Syamsul Nursalim, Hartati Murdaya, kelompok Sampoerna, serta perusahaan yang muncul di era SBY seperti PT Powertel dan Batik Allure.

Dana kampanye yang begitu besar, kata George, yang sebagian tidak terdaftar di KPU, menimbulkan kerentanan kubu Cikeas terhadap pengusaha dan makelar kasus seperti Artalyta Suryani alias Ayin, bendahara Yayasan Mutu Manikam Nusantara yang juga merupakan pelindung Syamsul Nursalim, pengemplang BLBI yang berhasil mengelabuhi tiga presiden berturut-turut, dan sampai sekarang masih melenggang dengan bebas.

Menyangkut yayasan-yayasan yang dibina SBY dan Ny Ani Yudhoyono, George menjelaskan, kepengurusan yayasan-yayasan ada di tangan sejumlah menteri, mantan menteri, purnawirawan perwira tinggi yang seangkatan SBY, sejumlah pengusaha, dan anggota keluarga besar SBY yang juga terjun di bidang bisnis, seperti Hartanto Edhie Wibowo, Edhie Baskoro Yudhoyono (putra bungsu SBY), serta Anissa Pohan.

Hartanto, yang merupakan adik bungsu Ani Yudhoyono, ungkap George, telah terjun di dunia bisnis serat optik di PT Powertel, bersama adik Menko Perekonomian Hatta Radjasa.

Kata Aditjondro, “Pada awalnya mereka ditengarai mendapat proyek-proyek bagi Powertel sewaktu Hatta Radjasa masih menjabat Menteri Perhubungan. Edhie Baskoro memulai bisnis dalam produksi kue kering dengan berbagai kemudahan, sedang Annisa serta dua mertuanya sudah menjadi promotor Batik Allure.”

“Yayasan-yayasan ini harus berhenti membonceng nama keluarga besar Cikeas. Selain itu, yayasan-yayasan ini harus diaudit oleh auditor independen, dan hasilnya dilaporkan ke parlemen, serta terbuka bagi media,” katanya.

George dalam hal ini tidak mengungkap besaran dana-dana dari yayasan-yayasan tersebut. Justru itu, ia menawarkan dilakukannya audit. Menurut dia, penelitiannya yang tertuang dalam buku itu lebih menggugat apakah kemenangan Demokrat yang fantastif itu dapat dikatakan sebagai kemenangan legal.

Sumber : Suara Merdeka (Judul asli “Kupas Rahasia Century dengan Demokrat”)

 

Tertarik dengan buku ini, silahkan Download disini

0 comments:

Post a Comment